Buscar

Alternatif Menghindari Tawuran


Perkelahian  atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus.

Mencegah tawuran memang bukan hal yang mudah di Indonesia mengingat persaingan pendidikan di Indonesia tergolong ke dalam persaingan yang tidak sehat.  Banyak opini yang dikemukakan berkaitan dengan sebab-sebab terjadinya tawuran. Ada yang beranggapan bahwa sejak kecil, anak dibiarkan menonton film bertema kekerasan, atau tayangan berita ditelevisi yang terlalu vulgar menampilkan kekerasan atau kriminalitas sehingga dapat dengan mudah ditiru oleh para remaja. Saat balita juga tidak mendapat asupan gizi rohani dari pihak keluarga atau orang tua Sekolah kurang menyediakan pelajaran budi pekerti dan agama yang sesuai dengan kebutuhan dan keutuhan jiwa siswa sebagai tameng diri. Sehingga pada saat remaja mereka menjadi kehilangan arah.
Jelas bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Setidaknya  ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar, diantaranya :
  • Pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas.
  •  Rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan.
  • Terganggunya proses belajar di sekolah.
  •  Yang paling dikhawatirkan para pendidik adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai.

Untuk mencegah adanya dampak – dampak yang sangat merugikan tersebut tentunya pihak – pihak dari keluarga, sekolah, pemerintah, aparat keamanan sampai masyarakat harus memiliki alternatif untuk dapat mencegah dan mengurangi akan terjadinya tawuran, seperti  :
  1.            Menyediakan tempat untuk mengembangkan kemampuan setiap pelajar seperti memperbanyak kelompok-kelompok sesuai minat dan bakat masing-masing siswa.
  2.            Meminimalisir ketegangan dan mempererat tali persaudaraan antar pelajar dengan cara membuat ajang kebersamaan antar kelompok pelajar atau sekolah. Pelajar tiap sekolah dikelompokkan dalam sebuah acara yang dimana mereka semua saling berkontribusi untuk mensukseskanya.
  3.             Apabila siswa, guru, kepala sekolah, maupun elemen masyarakat lain yang mengetahui akan terjadinya tawuran bisa segera melaporkannya secara cepat kepada polisi.
  4.             Kepala sekolah dan guru harus selalu mencermati perilaku dari anak didiknya dengan jeli. Persoalan sosial yang melatarbelakangi kehidupan anak didik perlu diamati dengan seksama untuk melakukan pendampingan yang efektif. Karena anak yang mengidap penyakit sosial harus dilakukan pendekatan-pendekatan yang khusus. Sekolah harus bias mencermatinya.
  5.             Membangun pos pemantauan dan penjagaan pos terpadu di antara kampus-kampus atau sekolah yang sering terjadi tawuran.
  6.             Masyarakat sekitar dan supir – supir angkutan umum sebaiknya juga dapat bekerja sama jika melihat pelajar / mahasiswa yang membawa barang yang mencurigakan, harus dilaporkan ke aparat keamanan untuk segera dirazia.
      Referensi :

0 komentar:

Posting Komentar

Created by Shinta R. Agusti 2012. Diberdayakan oleh Blogger.