Perkelahian atau yang sering disebut tawuran, sering
terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga
sudah melanda sampai ke kampus-kampus.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjet61a3Bf_ovl260w5WOqnmMXTW5zl6B9aW9YACGD-Sd5LG4dFebdmQHuOyClxhQoIgvq85BvDFWZcFKgG6RXkZsE3KosSCnyvoLdMaZoYM8Y4kWJMfaRLHcbYu1IHZYNcFgXAqL5xeyUh/s320/736845f33195574ad255679abd2112e0_tawuran_pelajar.jpg)
Jelas bahwa
perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Setidaknya ada empat kategori dampak negatif dari
perkelahian pelajar, diantaranya :
- Pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas.
- Rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan.
- Terganggunya proses belajar di sekolah.
- Yang paling dikhawatirkan para pendidik adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai.
Untuk mencegah adanya dampak – dampak yang sangat merugikan
tersebut tentunya pihak – pihak dari keluarga, sekolah, pemerintah, aparat keamanan
sampai masyarakat harus memiliki alternatif untuk dapat mencegah dan mengurangi
akan terjadinya tawuran, seperti :
- Menyediakan tempat untuk mengembangkan kemampuan setiap pelajar seperti memperbanyak kelompok-kelompok sesuai minat dan bakat masing-masing siswa.
- Meminimalisir ketegangan dan mempererat tali persaudaraan antar pelajar dengan cara membuat ajang kebersamaan antar kelompok pelajar atau sekolah. Pelajar tiap sekolah dikelompokkan dalam sebuah acara yang dimana mereka semua saling berkontribusi untuk mensukseskanya.
- Apabila siswa, guru, kepala sekolah, maupun elemen masyarakat lain yang mengetahui akan terjadinya tawuran bisa segera melaporkannya secara cepat kepada polisi.
- Kepala sekolah dan guru harus selalu mencermati perilaku dari anak didiknya dengan jeli. Persoalan sosial yang melatarbelakangi kehidupan anak didik perlu diamati dengan seksama untuk melakukan pendampingan yang efektif. Karena anak yang mengidap penyakit sosial harus dilakukan pendekatan-pendekatan yang khusus. Sekolah harus bias mencermatinya.
- Membangun pos pemantauan dan penjagaan pos terpadu di antara kampus-kampus atau sekolah yang sering terjadi tawuran.
- Masyarakat sekitar dan supir – supir angkutan umum sebaiknya juga dapat bekerja sama jika melihat pelajar / mahasiswa yang membawa barang yang mencurigakan, harus dilaporkan ke aparat keamanan untuk segera dirazia.
Referensi :
0 komentar:
Posting Komentar